Kelebihan teologi semacam ini dibandingkan dengan tauhid yang berpijak pada fitrah manusia dan hanya pada teks teks semata adalah bahwa, tauhid fitri ini tidak bisa menjadi suatu pedoman tertulis bagi orang lain, karena realitas hubungannya kepada Tuhan sangat pribadi dan berdasarkan pengalaman yang satu sama lain berlainan, sehingga akan sulit ditransfer kepada orang lain melalui percakapan atau diskusi semantik, namun tauhid seperti itu hanya bisa dirasakan dan dialami secara langsung lewat intuisi batin.
Tetapi telah terjadi kesalah pahaman di Antara para Manusia, apa yang telah di konsep Oleh Imam Asy’ari bukanlah teologi yang mengedepankan Akal saja. Justru sebaliknya, Konsepnya adalah dalam rangka membela Wahyu dengan jalan rasio, akal dan nalar. Maka akan kita dapati Kalam-kalam dalam konsep teologi ini terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat (ayat yang ma’na dlohirnya berma’na shifat yang menyerupai makhluk ) dengan jalan di tafsiri yang sesuai dengan Sifat Allah Yang Suci dari serupa dengan makhluk-Nya.
Dan tentu atas penafsiran Para Sahabat Rosul sebagai petunjuknya. Bukan dengan cara menerka-nerka atau mengira, bahkan jauh dari kesan pengaruh Falsafat yang pada waktu itu telah meracuni sebagian pemikiran Ummat Islam.
Sebut saja Kaum Mu’tazilah, mujassimah dan lain lain.
Contoh :
يدالله فوق أيديهم jika ayat ini di artikan menurut dlohirnya : Tangan Allah di atas tangan tangan mereka.
Maka akan terjadi kerancuan arti yang sesungguhnya.
jika kemudian kalimat
Padahal keseluruhan ayat ini menceritakan Segolongan Sahabat yang membuat perjanjian dengan Rosulullah. Kemudian apa kaitan tangan dengan perjanjian?
Apakah ada riwayat dari Para Sahabat yang menyatakan adanya Sebuah atau dua buah tangan yang berada diatas tangan-tangan mereka pada saat membuat perjanjian itu??? Sebutkan satu Hadist saja sekalipun itu Dlo'if jiddan, yang meriwayatkan adanya tangan itu.
Maka orang yang berada dalam Manhaj Salaf menyikapi ayat-ayat yang seperti itu sebagaimana Para Salaf mengartikan sebuah Ayat Puitis, yaitu menggali arti yang tersirat.
Selaras dengan apa yang tertera dalam Kitab-kitab Tafsir mereka.
Seperti dalam Tafsir Alqurtuby: يد الله فوق أيديهم أي قوة الله فوق قوتهم على نصرة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Maksud Ayat diatas adalah Kekuatan Allah di atas kekuatan mereka atas pertolongan mereka kepada Rosul saw.
Dan dalam Tafsir Ibnu Katsirpun memberi Tafsir dengan : Allah Hadir dalam perjanjian itu, artinya Allah Menyaksikan, Mendengar perkataan mereka ra, Melihat tempat Mereka, Allah Tahu apa yang jelas dan tersembunyi di dada mereka............
Dan inilah yang di kukuhkan oleh Imam Asy’ri dan pengikutnya dengan metodelogi ILMU KALAMNYA.
Sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas, Tauhid argumentatif selain dapat menjadi penuntun bagi orang lain untuk mengenal Tuhan semesta alam, juga dapat melahirkan sebuah dinamika dalam pemikiran orang lain, karena tauhid argumentatif adalah hasil serangkaian argumen ilmiah dan filosofis yang dapat dipaparkan kepada orang lain berdasarkan kaidah-kaidah argumentasi dan keterkaitannya, dan seluruh permasalahan ilmiah dapat ditransfer kepada orang lain dengan cara tersebut.
Hal hal ini memang perlu kami tambahkan sebagai penguat dan pengokoh dari yang pernah kami tulis sebelumnya, agar kita mendapatkan kesiapan mental spiritual dalam mengkonsentrasikan pelajaran yang insyaAllah akan masuk dalam pembahasan Inti. Yaitu tentang Sifat-Sifat Allah baik yang Wajib, Muhal dan Jaiz.
Ini semua demi menghindari kesalah pahaman yang beraikibat fatal.
Maka tulisan-tulisan yang kemarin hendaknya sering dibaca ulang, di kaji dengan yang Ahli, kemudian difahami.