Rabu, 16 Desember 2009

Jika orang panda i berfikir

Berulang kali Dalam Al-Qur"an menghimbau kita untuk berfikir. Diceritakan pula dari Siti 'Aisyah:Setelah turunnya ayat yang menyebutkan bahwa tanda-tanda penting yang memperkuat Iman seseorang adalah terdapat dalam penciptaan langit dan bumi serta berselisihnya Siang dan Malam, maka Rusulullah SAW menghimbau Manusia agar suka berfikir.
Akal adalah cahaya Agama, karena dengan Pengalaman bertambahlah Pengetahuan,dengan Dzikir bertambahlah rasa cinta, dan dengan berfikir akan menambah rasa Taqwa. Berfikir, merenungkan Nikmat Allah adalah salah satu Ibadah yang utama.
Banyak Orang mengabaikan Modal utama yang telah diberikan Allah berupa pengenalan diri akan Alam semesta, sehingga Dia tidak dapat mempergunakannya supaya dapat membuahkan hasil Positif demi Masa depannya.Dia tidak tahu apa yang harus di pikirkan dan bagaimana cara memikirkannya.
Berfikir adalah menghadirkan dua pengertian dalam hati agar timbul pengertian yang ke dua.
Contoh: Dunia ini adalah wujud (pengertian pertama yang bisa di buktikan), dan kenapa sampai wujud?Tidak mungkin wujud dengan sendirinya, wujudnya bukan tiba-tiba, diam dan geraknya juga bukan suatu kebetulan (pengertian ke dua).
Jika demikian tentu ada yang mewujudkan (pengertian ke tiga).
Jika pengertian yang ke tiga ini sudah menjadi keniscayaan yang tertanam dalam keyakinan, maka buah dari proses ketiga itu akan mema'rifatkan kehadiran Tuhan yang Pandai mencipta.
Dan itulah yang disebut TAFAKKUR. Dengan demikian Ma'rifat lain pun akan banyak di capai, yang tak akan kunjung habis selama selama Orang itu mau bertafakkur. Ini hanya bagi Orang-orang yang pandai berfikir. Kebanyakan Orang tidak dapat menambah Pengetahuannya, karena Dia kekurangan Modal. Sedangkan Modal itu adalah pengetahuan ke satu dan ke dua seperti yang telah di contohkan tadi, yang menyebabkan pengetahuan itu bisa berbuah.
Orang yang tidak memiliki satu barangpun untuk di perdagangkan darimana Dia dapat laba?. Sebaliknya,bila barang itu berada di tangan Orang yg tidak pandai berdagang, tentu semakin memberatkannya.

Bersambung............................................ InsyaAllah

KALAM(ibadah dan syirik)

قل أفغير الله تأمروني أعبد أيها الجاهلون. ولقد أوحي إليك وإلى الذين من قبلك لئن أشركت ليحبطن عملك ولتكونن من الخاسرين. بل الله فاعبد وكن من الشاكرين.(ألزمر 64-66)
"Katakanlah (Muhammad saw) Apakah Kamu menyuruh aku menyembah selain Allah wahai orang-orang yang bodoh. Dan sesungguhnya telah di wahyukan kepadamu dan kepada Nabi-nabi yang sebelummu, Sungguh jika engkau mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah engkau orang yang merugi.Karena itu, hendaklah Allah saja yg engkau sembah, dn hendaklah engkau termasuk orang2 yang bersyukur".

Lalu apa itu menyembah/ibadah? Bagaimana menyembah itu? Cukupkah dengan menyilangkan dada dan menundukkan kepala? Atau meletakkan tangan kanan disamping kepala dengan sikap tegak sudah bisa dikatakan menyembah? Mencium, mengelus, mengusap, membungkuk juga menyembah???
Lagi-lagi karena sisi definisi yang kabur, terjadilah klaim-klaim yang tidak seharusnya. Jika apa yang tersebut di atas sudah dalam kategori menyembah, lalu apa yang terjadi dengan perintah bersujudnya para Malaikat kepada Adam as?
Apakah Allah sendiri menginginkan penduaan atas keTuhananNya sendiri?
Mustahil!!
Lalu jika ada tuduhan Menyembah Kuburan, Nabi dan Wali-wali, dari segi apakah semua itu di tuduhkan????
Dalam ayat di atas terdapat kalimat yang tersusun terdiri dari ‘Ain,Ba dan Dal (عبد) yg mana rangkaian huruf tersebut mengandung pengertian dari sudut bahasa yang berbeda, antara lain:
:عب mengabdi atau menyembah. Dan jika di rangkai dengan kalimt tertentu, bisa jadi mempunyai arti yang lain, bisa benci, menyesal, hasrat, menjauh dan meratakan.
Namun jika kalimat tersebut di sambung dengan kalimat Allah, akan memberi arti khusus pula.

( ع ب د ) : عَبَدْتُ اللَّهَ أَعْبُدُهُ عِبَادَةً وَهِيَ الِانْقِيَادُ وَالْخُضُوعُ

"Saya menyembah Allah dengan sesungguhnya penyembahan, dan itu adalah: menurut dan tunduk.Dan tidak bisa diartikan ke selain orang yang menyembah Allah.( وأمّا عبَد يعبُد عِبادة فلا يقال إلا لمن يعبد الله)

Dan kita bisa mengambil arti yang lebih khusus, bahwa menyembah itu adalah ألخضوع والذل patuh dan menghinakan diri atau merendahkan diri. Kemudian kita simpulkan

إن معنى عبد في اللغة : دان ، وخضع ، وذل . . ولم يكن معناه في الإصطلاح الإسلامي في أول الأمر أداء الشعائر . . إنما كان هو معناه اللغوي نفسه . .. إنما كان المقصود هو معناه اللغوي الذي صار هو معناه الاصطلاحي . كان المقصود به هو الدينونة لله وحده ، والخضوع له وحده ، واتباع أمره وحده . سواء تعلق هذا الأمر بشعيرة تعبدية ، أو تعلق بتوجيه أخلاقي ، أو تعلق بشريعة قانونية .
Sesungguhnya arti Ibadah dari segi bahasanya adalah melayani atau tunduk atau patuh atau menghinakan diri. Tidak seperti apa yang dipersepsikan dalam Agama Islam pada awalnya, yaitu melantunkan Syi'ir-syi'ir. Kemudian arti bahasa itu di jadikan pula acuan untuk mengistilahkan Ibadah yang dimaksud dalam Islam. Jadi Ibadah adalah membuat keputusan atau perhitungan hanya untuk Allah. Dengan disertai ketundukan dan memenuhi perintahNya saja. Baik itu yang berhubungan dengan pelantunan syair-syair pujian penghambaan, Ahlaq atau pelaksanaan perundang-undangan dariNya. Untuk lebih jelasnya:

والعبادة غاية التذلل من العبد ونهاية التعظيم للرب سبحانه وتعالى لأنه العظيم المستحق للعبادة ولا تستعمل العبادة إلا في الخضوع لله تعالى لأنه مولى أعظم النعم وهي إيجاد العبد من العدم إلى الوجود

Ibadah adalah Puncak perendahan diri dari seorang Hamba dan Puncak penghormatan kepada Tuhan yang Maha Suci. Dengan alasan bahwa hanya Allahlah yang berhak di sembah, dan tidak ada amalan apapun kecuali dalam rangka tunduk kepadaNya. Karena hanya Allahlah Tuan satu satunya pemberi ni'mat yang agung. Dan ni'mat itu adalah wujudnya seorang Hamba dari tiada menjadi ada.

عن عبد الله بن عباس، قال: قال جبريل لمحمد صلى الله عليه وسلم: قل يا محمد:( إياك نعبد )،
إياك نوحد ونخاف ونرجو يا ربنا لا غيرك

Dari Abdullah bin ‘Abbas, Beliau berkata : "Berkata Jibril as kepada Nabi Muhammad saw: Ucapkanlah hai Muhammad (hanya kepadamu aku menyembah) dengan maksud Hanya kepadamu Aku meMaha tunggalkan dan aku takut, dan aku mengharap, Wahai Tuhanku, tidak yang lain".

Kesimpulan dari keterangan tersebut, tidaklah amalan itu bisa diartikan Menyembah, kecuali tidak adanya ketundukan, patuh, hormat, perendahan diri dan dengan keyakinan bahwa obyek itu adalah Tuhan yang dimaksud.

Bersambung............................. InsyaAllah

{ إياك نعبد } أي نوحد ونطيع . وقال بعضهم { إياك نعبد } يعني إياك نطيع طاعة نخضع فيها لك
والعبادة : أقصى غاية الخضوع والتذلل ومنه طريق معبَّد أي مذلل ، وثوب ذو عبدة إذا كان في غاية الصفاقة ، ولذلك لا تستعمل إلا في الخضوع لله تعالى

Kalam

SUARA-SUARA SUMBANG


Di dalam Alquran banyak sekali kita jumpai ayat-ayat yang mengisyaratkan kita untuk melakukan dialog-dialog interaktif, dengan contoh yang di berikan oleh Allah sendiri melalui firman-firmannya. Antara lain :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُون.

"Wahai Manusia menghambalah kepada Tuhanmu yang menjadikanmu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. Dialah yang telah membuat untukmu Bumi sebagai hamparan dan Langit sebagai atap dan Dialah yang telah menurunkan air dari langit, kemudian dengannya menumbuhkan buah-buahan sebagai rizqi untukmu, maka janganlah kamu membuat bilangan keTuhanan padahal kamu telah mengetahui".

Ayat tersebut memberi pelajaran yang sangat berharga atas akal kita, dengan di mulainya penyebutan sembahlah, menghambalah kepada satu-satunya yang telah menciptakanmu. Logikanya, kita hanya patut menghamba kepada yang telah menciptakan kita saja, Tidak yang lain. Ayat ini menekankan keMaha Tunggalan Allah dalam hal penciptaannya atas Manusia dari tiada menjadi ada. Dan itu di jadikan alasan kenapa kita harus menghamba.
Kemudian di kuatkan lagi dengan penyebutan dijadikannya Bumi sebagai tempat yang layak huni, dan langit yang darinya di turunkan hujan untuk sebuah proses penciptaan selanjutnya, yaitu berbagai buah-buahan untuk di makan. Akal kita di ajak untuk berpikir, merenungi apa yangg ada di sekitar kita. Seakan kita di ajak berdialog, dengan semua itu apakah layak kita menduakan Allah, bukankah semua itu mudah kita ketahui????
Seiring perkambangan daya nalar Manusia dari waktu ke waktu, Karena akal pikiran Manusia teruslah menggembara, menyerap berbagai informasi yang kian lama semakin di atas ambang batas keManusiaannya. Berbagai budaya, pemikiran yang masa kini tersimpulkan kebenarannya, membaur dan melucuti sedikit demi sedikit keyakinan yang telah susah payah di canangkan 1400 tahun yang lalu.
Setiap saat selama kita masih hidup kita selalu berikir. Dan itu merupakan kegiatan mental. Pada waktu berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambaran sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan itu mungkin saja tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran. Atas mimpi-mimpi itu pulalah kemudian timbul berbagai persepsi-presepsi keTuhanan yang aneh-aneh, yang tidak kita jumpai dalam pembicaraan Rosulullah SAW, tidak pula dalam mukalamah para Sahabat, Tabi'in, Tabi’uttabiin.
Pernyataan-pernyataan sumbang itu dibungkus dengan slogan kembali kepada Alquran dan Al-Sunnah, kita tinggalkan Bid’ah, khurofat dan tidak ketinggalan kata syirik pun mulus meluncur dan tertuang dalam berbagai tulisan. Mereka sebenarnya menggunakan ilmu kalam sebebas-bebasnya dengan cara menyerang dan menyatakan bahwa Al-Mutakallimun itu sesat dan menyesatkan.

Inilah suara-suara sumbang yg menggelikan itu:

,,n"إن محمدا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه" (مجموع الفتاوى مجلد 4 ص 374)

"Sesungguhnya Muhammad Rosulullah didudukkan oleh Allah di atas ‘Arasy bersamaNya".(Majmu’ Fatwa Ibnu Taymiyyah Jilid 4 hal 374)


"ولكنه أي القرآن قول الله الذي تكام به بحروفه وألفاظه بصوت نفسه" (شرح نونيه ابن اقيم لمحمد خليل هراس ص 545)

"Akan tetapi, Al-Quran itu adalah ucapan Allah yang dengannya Dia berbicara dengan huruf dan lafadz, dengan Suara-Nya sendiri". (Syarah Nuniyyah Ibnu Qoyyim oleh Muhammad Kholil Haros Hal 545)


"وكلم الله موسى تكليما من فيه" (طبقات الحنابلة لأبي يعلى ص 23 – 33)

"Dan Allah benar-benar berbicara dengan Musa as dari mulutNya." (Thubaqotu al hanabilah oleh Abi Yu’la Hal 23 – 33)


"والكرسي هو موضع قدمي الله عز وجل" (تفسير آية الكرسي لمحمد بن عثيمن ص 27)

"Alkursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah." (Tafsiru ayati al kursi oleh Muhammad bin ‘Utsaimin hal 27)


نثبت الرؤية وننفي الجهة والفوقية فقالوا: إن الله يُرى لا في جهة أين يُرى من فوق قالوا: لا من تحت قالوا: لا من أمام قالوا: لا خلف قالوا: لا عن يمين، قالوا: لا عن شمال قالوا: لا أين يُرى؟ قالوا لا في جهة هذا مذهب
الأشاعرة أثبتوا الرؤية ونفوا الجهة والفوقية . (شرح العقيدة الطحاوية الشيخ عبدالعزيز الراجحي)



Ini cuplikan panjang bantahan dari kaum yang menetapkan arah kepada Allah, dia mencela akidah kaum Asya'iroh yamg menolak penetapan Allah akan arah.

Cukup kiranya untuk menebang akidah fashidah ini dengan apa yang menjadi kesepakatan Para Imam, dan apa yang di sampaikan Amirul mukminin ‘Ali karromallahu wajhah:

سيرجع قوم من هذه الأمة عنداقتراب الساعة كفارا ينكرون خالقهم فيصفونه بالجسم ولأعضاء (رواه ابن المعلم القرشي في نتابه نجم المهتدي ورجم المعتدي)

"Ketika mendekati hari qiamat, sekelompok dr Ummat ini akan kembali menjadi orang-orang Kafir. Mereka mengingkari Sang Pencipta dan menshifatinya dengan benda dan memiliki anggota-anggota badan.


قال الإمام الشافعي رضي الله عنه:
من قال أواعتقد أن الله جالس على العرش فهو كافر (رواه ابن المعلم في كتابه)

Imam Syafi,i berkata ;

"Sesiapa yang meyakini bahwa Allah duduk di atas Arasy, maka ia Kafir

Perkataan Para Imam dan Para Mufassir yg lain pun senada seirama dg apa dikatakan Imamuna Al Asy’ari ra:

من اعتقد أن الله جسم فهو غير عارف بربه وإنه كافر

"Sesiapa yang beri,tiqod bhw Allah adlah jisim, maka ia tidak mengenal Tuhannya dan ia Kafir kepadanya".

Itulah kedustaan yang dibuat Kaum-pernyataan yang mengatas namakan Al-Sunnah, Manhaj Salaf Dan tidak segan-segan mensohihkan beberapa Hadist yang Jumhur ‘Ulama mendlo'ifkannya.
Dengan bersuka ria, mereka dengan sangat seakan wajar dan tanpa dosa menyerupakan, menjisimkan dan melecehka Allah.
Maling teriak maling!!!!!!!!!!.
Ahli Bid’ah berkedok Penyelamat Sunnah!!!!!!!.
Na,udlu billah min hadlihil buhtan !!!!

Disinilah wahai Kawan,kehadiran Ilmu Kalam yang telah dikonsepkan Imamuna Al Asy’ri / Al Maturidi adalah sebagai OPOSISI bagi logika di kalangan Ahlu alkalam yang liberal dan sangat ekstrim, dengan memakai satu pijakan Ayat "LAISA KA MITSLIHI SYAIUN WA HUWA AL SAMI’U AL BASHIR".

(ألتوحيد إفراد القديم من المحدوث)
"Tauhid adalah mengEsakan Dlat yang tidak berpermulaan dari menyerupai Makhluk".

Yang mana dengan ilmu kalam ini dapat berguna atau menguatkan penjelasan tentang akidah dan pemahaman keAgamaan Islam dari serangan lawan melalui penalaran rasional. Tetapi patut dicatat, bahwa Ilmu Kalam yang dimaksud itu sekalipun dalam pembahasannya banyak mempergunakan argumen-argument rasional, tetap tunduk kepada Wahyu.
Janganlah Anda tertipu dengan ungkapan-ungkapan yang menuduh buta atas Ilmu kalam, Apalagi sampai walaupun sedikit meragukan atas kebenarannya.

Oh ya ada juga lo yang ikut-ikutan keminter dan sok menjadi peneliti tanpa referensi yg jelas.

* Asy’ariyah / Maturidiyah, yaitu aliran sesat yang amat mengagungkan Ilmu Kalam dalam bertauhid dan mengagungkan Ilmu Mantiq dalam memahami fiqih serta membuka peluang sebesar-besarnya untuk kebebasan berfikir tentang upaya memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Aliran ini memberi peluang untuk tumbuhnya keberanian interpertasi terhadap agama tanpa harus merujuk kepada riwayat-riwayat penafsiran para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai dua sumber hukum bagi Islam.( Pasang Surut Perjuangan Menegakkan Syariah Islamiyah
Al Ustadz Ja’far Umar Thalib)

Dan saya gak perlu membuat komentar atas pernyataan ini, buang-buang energi! Gak nyambung!!!!!!!!!!


Bersambung.................................. Dalam Fashal Insyaallah
 
Free Blogger Templates