Rabu, 01 Mei 2013

WASPADAI ALIRAN YG ANTI THORIQOH/TASAWUF



WASPADAI ALIRAN YG ANTI THORIQOH/TASAWUF

Ada sebagian manusia yang bertingkah buruk, mulut dan hatinya busuk sangat membenci tasawwuf dan Sufisme, sampai2 mereka mengatakan Tasawuf sesat dan bukan Islam, banyak artikel yang ditulis ttg kebencian mereka terhadap tasawuf tersebar di internet, sampai2 ada Page Facebook yang bernama Anti Tasawuf, inilah suatu kebodohan dan pembodohan.
Semoga para pembenci tasawwuf, keburukan hati mereka segera diangkat dan mendapatkan hidayat Allah SWT.

Sejatinya para ulama' sangat memuji akhlak para imam sufi dan pengikutnya. Saya kutipkan dari Ulama' panutan mereka yaitu Ibnu Taimiyah, dlm Majmu' fatawa beliau berkomentar ttg ulama2 dan para Imam Sufi, diantaranya:

و أما أئمة الصوفيةو المشايخ المشهورون من القدماء مثل الجنيدبن محمد و أتباعه ومثل الشيخ عبد القادر و أمثاله فهؤلاء من أعظم الناس لزوماً للأمروالنهي و توصية بإتباع ذلك

Para Imam kaum Sufi dan para syaikh mereka yang terkenal seperti al Junaid bin Muhammad dan para pengikutnya, Syaikh Abd al Qadir dan semisalnya. Mereka adalah termasuk orang2 yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan .

والجنيد وأمثاله أئمة هدى، ومن خالفه في ذلك فهو ضال.

Dan Al-Imam Al-Junaydi al-Baghdadi dan semisalnya adalah para Imam yang diberi petunjuk. dan barang siapa yang menyelisihi mereka maka dia telah tersesat.

والشيخ عبد القادر كلامه كله يدور على إتباع المأمور و ترك المحظور والصبر على المقدور

Seluruh perkataan Syaikh Abdul Qadir Jailany terkait dengan ittiba kepada perintah dan meninggalkan larangan serta sabar atas apa yang telah ditakdirkan.

Serta seabrek pujian yang dilontar ibnu Taimiyah kepada para Ulama dan Imam Sufi:

أنهمْ مشائخ الإسلام وأئمة الهدى الَّذيْن جعلَ اللّهُ تعالَى لهم لسْان صدق في الأمةِ،مثْلَ سعْيد بنُ المسيبِ، والحسْن البصريِّ، وعمرْ بنُ عبد العزيز، ومالْك بنُ أنسْ، والأوزاعي، وإبراهيْم بنْ أدهم، وسفْيان الثوري،والفضيّلبنُ عياض، ومعروف الكرّخْي، والشافعي،وأبي سليْمان، وأحمد بنَ حنبل،وبشرُ الحافي، وعبد اللّهِ بنُ المبارك، وشقيّق البلّخِي، ومن لا يحصَّى كثرة.إلى مثْلَ المتأخرينَ: مثْلَ الجنيد بن محمد القواريري، وسهَلْ بنُ عبد اللّهِ التسْتري، وعمرُ بنُ عثمان المكي، ومن بعدهم ـإلى أبي طالبَ المكي إلى مثْل الشيْخ عبد القادرِ الكيلاني، والشّيْخ عدّي، والشيْخ أبي البيْان، والشيخ أبي مدين، والشيخ عقيل، والشيخ أبي الوفاء، والشيخ رسلان، والشيخ عبد الرحيم، والشيخ عبد الله اليونيني، والشيخ القرشي، وأمثال هؤلاء المشايخ الذين كانوا بالحجْازِ والشّام والعرْاق، ومصْر والمغرْب وخرّاسْان، من الأوليْنِ والآخريْنِ

Sesungguhnya mereka adalah para Syaikhul Islam, para Imam pembawa petunjuk, yang Allah Ta’ala telah menjadikan untuk mereka lisan yang benar bagi umat, seperti Said bin Al Musayyib, Al Hasan Al Bashri, Umar bin Abdil ‘Aziz, Al Auza’i, Malik bin Anas, Ibrahim bin Ad-ham, Sufyan Ats Tsauri, Fudhail bin ‘Iyadh, Ma’ruf Al Karkhi, Asy Syafi’i, Abu Sulaiman Ad Darani, Ahmad bin Hambal, Bisyr Al Hafi, Abdullah bin Al Mubarak, Syaqiq Al Balkhi, dan banyak lagi yang tidak terhitung. Juga yang generasi selanjutnya: Al Junaid bin Muhammad, Sahl bin Abdillah At Tastari, Umar bin Utsman Al Makki, dan orang-orang setelah mereka, hingga Abu Thalib Al Makki, hingga semisal Abdul Qadir Al Jailani. Syaikh ‘Adi, Syaikh Abul Bayan, Syaikh Abu Madin, Syaikh ‘Aqil, Syaikh Abul Wafa’, Syaikh Ruslan, Syaikh Abdurrahin, Syaikh Abdullah Al Yunaini, Syaikh Al Qurasyi, dan masyayikh lain yang semisalnya baik di Hijaz, Syam, Irak, Mesir, Khurasan, baik generasi awal atau belakangan.

Lihatlah wahai pembenci Tasawwuf, Ibnu Taimiyah saja memberi gelar Syeikhul Islam dan para Imam yang diberi Petunjuk kepada para Imam2 Sufi itu, beliau juga menganggap bahwa tasawuf adalah sebuah ketaatan kepada Allah SWT, bukan mengingkaran. Bagaimana mungkin kalian sebegitu dengkinya kepada mereka yang mulia. Jikalau ada yang "menyimpang" menurut pandangan kita para pelajar ini, diam adalah lebih selamat daripada men-Tahdzir, mencaci apalagi sampai mengkafirkan sesama umat Muhammad SAW, karena sesuatu hal yang tidak kita ketahui kebenaran hakikinya.

Kami berlindung dari perkataan dan hati yang busuk serta kelakuan yang buruk, semoga Hidayah Allah selalu atas kita semuanya. Aamiin

Jumat, 20 April 2012

Biografi Raden Ajeng Kartini

 Biografi singkat RA. Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).


Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia).


Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya.


Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda. Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita.


Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya. Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa.


Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.


 Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya. Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.


Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudahmencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskanoleh Sumpah Pemuda 1928.


 Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.


Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.

Sabtu, 02 Januari 2010

KALAM (Perkenalan & Pengukuhan)

Tauhid argumentatif adalah pengenalan manusia terhadap Tuhan semesta alam dalam koridor rasio, akal dan nalar.
Kelebihan teologi semacam ini dibandingkan dengan tauhid yang berpijak pada fitrah manusia dan hanya pada teks teks semata adalah bahwa, tauhid fitri ini tidak bisa menjadi suatu pedoman tertulis bagi orang lain, karena realitas hubungannya kepada Tuhan sangat pribadi dan berdasarkan pengalaman yang satu sama lain berlainan, sehingga akan sulit ditransfer kepada orang lain melalui percakapan atau diskusi semantik, namun tauhid seperti itu hanya bisa dirasakan dan dialami secara langsung lewat intuisi batin.
Tetapi telah terjadi kesalah pahaman di Antara para Manusia, apa yang telah di konsep Oleh Imam Asy’ari bukanlah teologi yang mengedepankan Akal saja. Justru sebaliknya, Konsepnya adalah dalam rangka membela Wahyu dengan jalan rasio, akal dan nalar. Maka akan kita dapati Kalam-kalam dalam konsep teologi ini terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat (ayat yang ma’na dlohirnya berma’na shifat yang menyerupai makhluk ) dengan jalan di tafsiri yang sesuai dengan Sifat Allah Yang Suci dari serupa dengan makhluk-Nya.
Dan tentu atas penafsiran Para Sahabat Rosul sebagai petunjuknya. Bukan dengan cara menerka-nerka atau mengira, bahkan jauh dari kesan pengaruh Falsafat yang pada waktu itu telah meracuni sebagian pemikiran Ummat Islam.

Sebut saja Kaum Mu’tazilah, mujassimah dan lain lain.
Contoh :
يدالله فوق أيديهم jika ayat ini di artikan menurut dlohirnya : Tangan Allah di atas tangan tangan mereka.
Maka akan terjadi kerancuan arti yang sesungguhnya.

jika kemudian kalimat itu di artikan dengan tangan yang sebenarnya, apa kaitannya antara Tangan Allah dengan tangan tangan mereka?
Padahal keseluruhan ayat ini menceritakan Segolongan Sahabat yang membuat perjanjian dengan Rosulullah. Kemudian apa kaitan tangan dengan perjanjian?
Apakah ada riwayat dari Para Sahabat yang menyatakan adanya Sebuah atau dua buah tangan yang berada diatas tangan-tangan mereka pada saat membuat perjanjian itu??? Sebutkan satu Hadist saja sekalipun itu Dlo'if jiddan, yang meriwayatkan adanya tangan itu.
Maka orang yang berada dalam Manhaj Salaf menyikapi ayat-ayat yang seperti itu sebagaimana Para Salaf mengartikan sebuah Ayat Puitis, yaitu menggali arti yang tersirat.

Selaras dengan apa yang tertera dalam Kitab-kitab Tafsir mereka.
Seperti dalam Tafsir Alqurtuby: يد الله فوق أيديهم أي قوة الله فوق قوتهم على نصرة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Maksud Ayat diatas adalah Kekuatan Allah di atas kekuatan mereka atas pertolongan mereka kepada Rosul saw.
Dan dalam Tafsir Ibnu Katsirpun memberi Tafsir dengan : Allah Hadir dalam perjanjian itu, artinya Allah Menyaksikan, Mendengar perkataan mereka ra, Melihat tempat Mereka, Allah Tahu apa yang jelas dan tersembunyi di dada mereka............
Dan inilah yang di kukuhkan oleh Imam Asy’ri dan pengikutnya dengan metodelogi ILMU KALAMNYA.
Sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas, Tauhid argumentatif selain dapat menjadi penuntun bagi orang lain untuk mengenal Tuhan semesta alam, juga dapat melahirkan sebuah dinamika dalam pemikiran orang lain, karena tauhid argumentatif adalah hasil serangkaian argumen ilmiah dan filosofis yang dapat dipaparkan kepada orang lain berdasarkan kaidah-kaidah argumentasi dan keterkaitannya, dan seluruh permasalahan ilmiah dapat ditransfer kepada orang lain dengan cara tersebut.

Hal hal ini memang perlu kami tambahkan sebagai penguat dan pengokoh dari yang pernah kami tulis sebelumnya, agar kita mendapatkan kesiapan mental spiritual dalam mengkonsentrasikan pelajaran yang insyaAllah akan masuk dalam pembahasan Inti. Yaitu tentang Sifat-Sifat Allah baik yang Wajib, Muhal dan Jaiz.
Ini semua demi menghindari kesalah pahaman yang beraikibat fatal.
Maka tulisan-tulisan yang kemarin hendaknya sering dibaca ulang, di kaji dengan yang Ahli, kemudian difahami.

Rabu, 16 Desember 2009

Jika orang panda i berfikir

Berulang kali Dalam Al-Qur"an menghimbau kita untuk berfikir. Diceritakan pula dari Siti 'Aisyah:Setelah turunnya ayat yang menyebutkan bahwa tanda-tanda penting yang memperkuat Iman seseorang adalah terdapat dalam penciptaan langit dan bumi serta berselisihnya Siang dan Malam, maka Rusulullah SAW menghimbau Manusia agar suka berfikir.
Akal adalah cahaya Agama, karena dengan Pengalaman bertambahlah Pengetahuan,dengan Dzikir bertambahlah rasa cinta, dan dengan berfikir akan menambah rasa Taqwa. Berfikir, merenungkan Nikmat Allah adalah salah satu Ibadah yang utama.
Banyak Orang mengabaikan Modal utama yang telah diberikan Allah berupa pengenalan diri akan Alam semesta, sehingga Dia tidak dapat mempergunakannya supaya dapat membuahkan hasil Positif demi Masa depannya.Dia tidak tahu apa yang harus di pikirkan dan bagaimana cara memikirkannya.
Berfikir adalah menghadirkan dua pengertian dalam hati agar timbul pengertian yang ke dua.
Contoh: Dunia ini adalah wujud (pengertian pertama yang bisa di buktikan), dan kenapa sampai wujud?Tidak mungkin wujud dengan sendirinya, wujudnya bukan tiba-tiba, diam dan geraknya juga bukan suatu kebetulan (pengertian ke dua).
Jika demikian tentu ada yang mewujudkan (pengertian ke tiga).
Jika pengertian yang ke tiga ini sudah menjadi keniscayaan yang tertanam dalam keyakinan, maka buah dari proses ketiga itu akan mema'rifatkan kehadiran Tuhan yang Pandai mencipta.
Dan itulah yang disebut TAFAKKUR. Dengan demikian Ma'rifat lain pun akan banyak di capai, yang tak akan kunjung habis selama selama Orang itu mau bertafakkur. Ini hanya bagi Orang-orang yang pandai berfikir. Kebanyakan Orang tidak dapat menambah Pengetahuannya, karena Dia kekurangan Modal. Sedangkan Modal itu adalah pengetahuan ke satu dan ke dua seperti yang telah di contohkan tadi, yang menyebabkan pengetahuan itu bisa berbuah.
Orang yang tidak memiliki satu barangpun untuk di perdagangkan darimana Dia dapat laba?. Sebaliknya,bila barang itu berada di tangan Orang yg tidak pandai berdagang, tentu semakin memberatkannya.

Bersambung............................................ InsyaAllah

KALAM(ibadah dan syirik)

قل أفغير الله تأمروني أعبد أيها الجاهلون. ولقد أوحي إليك وإلى الذين من قبلك لئن أشركت ليحبطن عملك ولتكونن من الخاسرين. بل الله فاعبد وكن من الشاكرين.(ألزمر 64-66)
"Katakanlah (Muhammad saw) Apakah Kamu menyuruh aku menyembah selain Allah wahai orang-orang yang bodoh. Dan sesungguhnya telah di wahyukan kepadamu dan kepada Nabi-nabi yang sebelummu, Sungguh jika engkau mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah engkau orang yang merugi.Karena itu, hendaklah Allah saja yg engkau sembah, dn hendaklah engkau termasuk orang2 yang bersyukur".

Lalu apa itu menyembah/ibadah? Bagaimana menyembah itu? Cukupkah dengan menyilangkan dada dan menundukkan kepala? Atau meletakkan tangan kanan disamping kepala dengan sikap tegak sudah bisa dikatakan menyembah? Mencium, mengelus, mengusap, membungkuk juga menyembah???
Lagi-lagi karena sisi definisi yang kabur, terjadilah klaim-klaim yang tidak seharusnya. Jika apa yang tersebut di atas sudah dalam kategori menyembah, lalu apa yang terjadi dengan perintah bersujudnya para Malaikat kepada Adam as?
Apakah Allah sendiri menginginkan penduaan atas keTuhananNya sendiri?
Mustahil!!
Lalu jika ada tuduhan Menyembah Kuburan, Nabi dan Wali-wali, dari segi apakah semua itu di tuduhkan????
Dalam ayat di atas terdapat kalimat yang tersusun terdiri dari ‘Ain,Ba dan Dal (عبد) yg mana rangkaian huruf tersebut mengandung pengertian dari sudut bahasa yang berbeda, antara lain:
:عب mengabdi atau menyembah. Dan jika di rangkai dengan kalimt tertentu, bisa jadi mempunyai arti yang lain, bisa benci, menyesal, hasrat, menjauh dan meratakan.
Namun jika kalimat tersebut di sambung dengan kalimat Allah, akan memberi arti khusus pula.

( ع ب د ) : عَبَدْتُ اللَّهَ أَعْبُدُهُ عِبَادَةً وَهِيَ الِانْقِيَادُ وَالْخُضُوعُ

"Saya menyembah Allah dengan sesungguhnya penyembahan, dan itu adalah: menurut dan tunduk.Dan tidak bisa diartikan ke selain orang yang menyembah Allah.( وأمّا عبَد يعبُد عِبادة فلا يقال إلا لمن يعبد الله)

Dan kita bisa mengambil arti yang lebih khusus, bahwa menyembah itu adalah ألخضوع والذل patuh dan menghinakan diri atau merendahkan diri. Kemudian kita simpulkan

إن معنى عبد في اللغة : دان ، وخضع ، وذل . . ولم يكن معناه في الإصطلاح الإسلامي في أول الأمر أداء الشعائر . . إنما كان هو معناه اللغوي نفسه . .. إنما كان المقصود هو معناه اللغوي الذي صار هو معناه الاصطلاحي . كان المقصود به هو الدينونة لله وحده ، والخضوع له وحده ، واتباع أمره وحده . سواء تعلق هذا الأمر بشعيرة تعبدية ، أو تعلق بتوجيه أخلاقي ، أو تعلق بشريعة قانونية .
Sesungguhnya arti Ibadah dari segi bahasanya adalah melayani atau tunduk atau patuh atau menghinakan diri. Tidak seperti apa yang dipersepsikan dalam Agama Islam pada awalnya, yaitu melantunkan Syi'ir-syi'ir. Kemudian arti bahasa itu di jadikan pula acuan untuk mengistilahkan Ibadah yang dimaksud dalam Islam. Jadi Ibadah adalah membuat keputusan atau perhitungan hanya untuk Allah. Dengan disertai ketundukan dan memenuhi perintahNya saja. Baik itu yang berhubungan dengan pelantunan syair-syair pujian penghambaan, Ahlaq atau pelaksanaan perundang-undangan dariNya. Untuk lebih jelasnya:

والعبادة غاية التذلل من العبد ونهاية التعظيم للرب سبحانه وتعالى لأنه العظيم المستحق للعبادة ولا تستعمل العبادة إلا في الخضوع لله تعالى لأنه مولى أعظم النعم وهي إيجاد العبد من العدم إلى الوجود

Ibadah adalah Puncak perendahan diri dari seorang Hamba dan Puncak penghormatan kepada Tuhan yang Maha Suci. Dengan alasan bahwa hanya Allahlah yang berhak di sembah, dan tidak ada amalan apapun kecuali dalam rangka tunduk kepadaNya. Karena hanya Allahlah Tuan satu satunya pemberi ni'mat yang agung. Dan ni'mat itu adalah wujudnya seorang Hamba dari tiada menjadi ada.

عن عبد الله بن عباس، قال: قال جبريل لمحمد صلى الله عليه وسلم: قل يا محمد:( إياك نعبد )،
إياك نوحد ونخاف ونرجو يا ربنا لا غيرك

Dari Abdullah bin ‘Abbas, Beliau berkata : "Berkata Jibril as kepada Nabi Muhammad saw: Ucapkanlah hai Muhammad (hanya kepadamu aku menyembah) dengan maksud Hanya kepadamu Aku meMaha tunggalkan dan aku takut, dan aku mengharap, Wahai Tuhanku, tidak yang lain".

Kesimpulan dari keterangan tersebut, tidaklah amalan itu bisa diartikan Menyembah, kecuali tidak adanya ketundukan, patuh, hormat, perendahan diri dan dengan keyakinan bahwa obyek itu adalah Tuhan yang dimaksud.

Bersambung............................. InsyaAllah

{ إياك نعبد } أي نوحد ونطيع . وقال بعضهم { إياك نعبد } يعني إياك نطيع طاعة نخضع فيها لك
والعبادة : أقصى غاية الخضوع والتذلل ومنه طريق معبَّد أي مذلل ، وثوب ذو عبدة إذا كان في غاية الصفاقة ، ولذلك لا تستعمل إلا في الخضوع لله تعالى

Kalam

SUARA-SUARA SUMBANG


Di dalam Alquran banyak sekali kita jumpai ayat-ayat yang mengisyaratkan kita untuk melakukan dialog-dialog interaktif, dengan contoh yang di berikan oleh Allah sendiri melalui firman-firmannya. Antara lain :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُون.

"Wahai Manusia menghambalah kepada Tuhanmu yang menjadikanmu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. Dialah yang telah membuat untukmu Bumi sebagai hamparan dan Langit sebagai atap dan Dialah yang telah menurunkan air dari langit, kemudian dengannya menumbuhkan buah-buahan sebagai rizqi untukmu, maka janganlah kamu membuat bilangan keTuhanan padahal kamu telah mengetahui".

Ayat tersebut memberi pelajaran yang sangat berharga atas akal kita, dengan di mulainya penyebutan sembahlah, menghambalah kepada satu-satunya yang telah menciptakanmu. Logikanya, kita hanya patut menghamba kepada yang telah menciptakan kita saja, Tidak yang lain. Ayat ini menekankan keMaha Tunggalan Allah dalam hal penciptaannya atas Manusia dari tiada menjadi ada. Dan itu di jadikan alasan kenapa kita harus menghamba.
Kemudian di kuatkan lagi dengan penyebutan dijadikannya Bumi sebagai tempat yang layak huni, dan langit yang darinya di turunkan hujan untuk sebuah proses penciptaan selanjutnya, yaitu berbagai buah-buahan untuk di makan. Akal kita di ajak untuk berpikir, merenungi apa yangg ada di sekitar kita. Seakan kita di ajak berdialog, dengan semua itu apakah layak kita menduakan Allah, bukankah semua itu mudah kita ketahui????
Seiring perkambangan daya nalar Manusia dari waktu ke waktu, Karena akal pikiran Manusia teruslah menggembara, menyerap berbagai informasi yang kian lama semakin di atas ambang batas keManusiaannya. Berbagai budaya, pemikiran yang masa kini tersimpulkan kebenarannya, membaur dan melucuti sedikit demi sedikit keyakinan yang telah susah payah di canangkan 1400 tahun yang lalu.
Setiap saat selama kita masih hidup kita selalu berikir. Dan itu merupakan kegiatan mental. Pada waktu berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambaran sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan itu mungkin saja tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran. Atas mimpi-mimpi itu pulalah kemudian timbul berbagai persepsi-presepsi keTuhanan yang aneh-aneh, yang tidak kita jumpai dalam pembicaraan Rosulullah SAW, tidak pula dalam mukalamah para Sahabat, Tabi'in, Tabi’uttabiin.
Pernyataan-pernyataan sumbang itu dibungkus dengan slogan kembali kepada Alquran dan Al-Sunnah, kita tinggalkan Bid’ah, khurofat dan tidak ketinggalan kata syirik pun mulus meluncur dan tertuang dalam berbagai tulisan. Mereka sebenarnya menggunakan ilmu kalam sebebas-bebasnya dengan cara menyerang dan menyatakan bahwa Al-Mutakallimun itu sesat dan menyesatkan.

Inilah suara-suara sumbang yg menggelikan itu:

,,n"إن محمدا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه" (مجموع الفتاوى مجلد 4 ص 374)

"Sesungguhnya Muhammad Rosulullah didudukkan oleh Allah di atas ‘Arasy bersamaNya".(Majmu’ Fatwa Ibnu Taymiyyah Jilid 4 hal 374)


"ولكنه أي القرآن قول الله الذي تكام به بحروفه وألفاظه بصوت نفسه" (شرح نونيه ابن اقيم لمحمد خليل هراس ص 545)

"Akan tetapi, Al-Quran itu adalah ucapan Allah yang dengannya Dia berbicara dengan huruf dan lafadz, dengan Suara-Nya sendiri". (Syarah Nuniyyah Ibnu Qoyyim oleh Muhammad Kholil Haros Hal 545)


"وكلم الله موسى تكليما من فيه" (طبقات الحنابلة لأبي يعلى ص 23 – 33)

"Dan Allah benar-benar berbicara dengan Musa as dari mulutNya." (Thubaqotu al hanabilah oleh Abi Yu’la Hal 23 – 33)


"والكرسي هو موضع قدمي الله عز وجل" (تفسير آية الكرسي لمحمد بن عثيمن ص 27)

"Alkursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah." (Tafsiru ayati al kursi oleh Muhammad bin ‘Utsaimin hal 27)


نثبت الرؤية وننفي الجهة والفوقية فقالوا: إن الله يُرى لا في جهة أين يُرى من فوق قالوا: لا من تحت قالوا: لا من أمام قالوا: لا خلف قالوا: لا عن يمين، قالوا: لا عن شمال قالوا: لا أين يُرى؟ قالوا لا في جهة هذا مذهب
الأشاعرة أثبتوا الرؤية ونفوا الجهة والفوقية . (شرح العقيدة الطحاوية الشيخ عبدالعزيز الراجحي)



Ini cuplikan panjang bantahan dari kaum yang menetapkan arah kepada Allah, dia mencela akidah kaum Asya'iroh yamg menolak penetapan Allah akan arah.

Cukup kiranya untuk menebang akidah fashidah ini dengan apa yang menjadi kesepakatan Para Imam, dan apa yang di sampaikan Amirul mukminin ‘Ali karromallahu wajhah:

سيرجع قوم من هذه الأمة عنداقتراب الساعة كفارا ينكرون خالقهم فيصفونه بالجسم ولأعضاء (رواه ابن المعلم القرشي في نتابه نجم المهتدي ورجم المعتدي)

"Ketika mendekati hari qiamat, sekelompok dr Ummat ini akan kembali menjadi orang-orang Kafir. Mereka mengingkari Sang Pencipta dan menshifatinya dengan benda dan memiliki anggota-anggota badan.


قال الإمام الشافعي رضي الله عنه:
من قال أواعتقد أن الله جالس على العرش فهو كافر (رواه ابن المعلم في كتابه)

Imam Syafi,i berkata ;

"Sesiapa yang meyakini bahwa Allah duduk di atas Arasy, maka ia Kafir

Perkataan Para Imam dan Para Mufassir yg lain pun senada seirama dg apa dikatakan Imamuna Al Asy’ari ra:

من اعتقد أن الله جسم فهو غير عارف بربه وإنه كافر

"Sesiapa yang beri,tiqod bhw Allah adlah jisim, maka ia tidak mengenal Tuhannya dan ia Kafir kepadanya".

Itulah kedustaan yang dibuat Kaum-pernyataan yang mengatas namakan Al-Sunnah, Manhaj Salaf Dan tidak segan-segan mensohihkan beberapa Hadist yang Jumhur ‘Ulama mendlo'ifkannya.
Dengan bersuka ria, mereka dengan sangat seakan wajar dan tanpa dosa menyerupakan, menjisimkan dan melecehka Allah.
Maling teriak maling!!!!!!!!!!.
Ahli Bid’ah berkedok Penyelamat Sunnah!!!!!!!.
Na,udlu billah min hadlihil buhtan !!!!

Disinilah wahai Kawan,kehadiran Ilmu Kalam yang telah dikonsepkan Imamuna Al Asy’ri / Al Maturidi adalah sebagai OPOSISI bagi logika di kalangan Ahlu alkalam yang liberal dan sangat ekstrim, dengan memakai satu pijakan Ayat "LAISA KA MITSLIHI SYAIUN WA HUWA AL SAMI’U AL BASHIR".

(ألتوحيد إفراد القديم من المحدوث)
"Tauhid adalah mengEsakan Dlat yang tidak berpermulaan dari menyerupai Makhluk".

Yang mana dengan ilmu kalam ini dapat berguna atau menguatkan penjelasan tentang akidah dan pemahaman keAgamaan Islam dari serangan lawan melalui penalaran rasional. Tetapi patut dicatat, bahwa Ilmu Kalam yang dimaksud itu sekalipun dalam pembahasannya banyak mempergunakan argumen-argument rasional, tetap tunduk kepada Wahyu.
Janganlah Anda tertipu dengan ungkapan-ungkapan yang menuduh buta atas Ilmu kalam, Apalagi sampai walaupun sedikit meragukan atas kebenarannya.

Oh ya ada juga lo yang ikut-ikutan keminter dan sok menjadi peneliti tanpa referensi yg jelas.

* Asy’ariyah / Maturidiyah, yaitu aliran sesat yang amat mengagungkan Ilmu Kalam dalam bertauhid dan mengagungkan Ilmu Mantiq dalam memahami fiqih serta membuka peluang sebesar-besarnya untuk kebebasan berfikir tentang upaya memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Aliran ini memberi peluang untuk tumbuhnya keberanian interpertasi terhadap agama tanpa harus merujuk kepada riwayat-riwayat penafsiran para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai dua sumber hukum bagi Islam.( Pasang Surut Perjuangan Menegakkan Syariah Islamiyah
Al Ustadz Ja’far Umar Thalib)

Dan saya gak perlu membuat komentar atas pernyataan ini, buang-buang energi! Gak nyambung!!!!!!!!!!


Bersambung.................................. Dalam Fashal Insyaallah

Minggu, 13 September 2009

SEKELUMIT PENGANTAR TENTANG SEKTE WAHABI/SALAFI

Assalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh..


Sebelum penulis mengutip dan mengumpulkan pendapat-pendapat ulama, pakar apa yang dimaksud dalam hadist kata-kata bid'ah,tawassul,tabarruk dan lain sebagainya yang selalu dicela dan disesatkan terutama oleh madzhad Salafi atauWahabi, dan pengikutnya ingin mengutip pendapat ulama mengapa adanya pertentangan akidah atau keyakinan antara golongan yang menamakan dirinya Salafi atau Wahabi dengan pengikutnya ini dengan ulama Madzhab akhlus-sunnah lainnya?

Golongan Wahabi atau Salafi ini berpegang dengan akidah atau keyakinan Muhammad Ibnu Abdul Wahhab sebagai penerus Ibnu taimiyyah(kita bicarakan tersendiri mengenai sejarah singkat Ibnu Abdul Wahhab).Golongan ini juga sering menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist Nabi muhammad SAW secara tekstual(apa adanya kalimat) dan literal(makna yang sebenarnya) atau Harfiah dan meniadakan arti majazi atau kiasan.Oleh karenanya mereka sering menjasmanikan(tajsim) dan menyerupakan(tasybih) Allah SWT secara hakiki atau sesungguhnya kepada makhluk-Nya.InsyaAllah nanti kita utarakan tersendiri contoh-contoh riwayat yang jelas yang mengarah kepada Tajsim dan Tasybih.Pada kenyataannya terdapat ayat Al-Qur'an yang mempunyai arti harfiah dan ad juga yang mempunyai arti Majazi atau kiasan,yang mana kata-kata Alloh SWT harus diartikan sesuai dengan keMahasucian-Nya dan nkeMahaagungan-Nya.

Banyak ulama-ulama pakar yang mengkritik dan menolak akidah mengenai Tajsim(penjasmanian) dan Tasybih(penyerupaan) Allah SWT terhadap makhluk-Nya.Karena ini bertentangan dengan firman Allah SWT sebagai berikut:
-Dalam surat Syuura(42):11:Tiada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
-Surat Al An'am(6):103:Tiada Ia tercapai oleh penglihatan mata.
-Surat Ashaffat(37):159:Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,dan ayat lain yang serupa maknanya.

Dengan adanya penafsiran Al-Qur'an dan Sunnah Rasulallah SAW,secara tekstual ini,mereka mudah membid'ahkan dan mensyirikkan tawassul(berdoa pada Alloh SWT sambil menyertakan nama Rosulallah SAW atau seorang Sholeh atau Wali dalam doa itu),Tabarruk(pengambilan barokah),permohonan syafa'at pada Rasulallah SAW,dan para Wali Allah SWT,peringatan-peringatan keagamaan,kumpulan majlis-majlis dzikir(Istigoshah,Tahlilan,dan sebagainya),ziarah Kubur,Taqlid(ikut-ikutan) kepada Imam Madzhab dan lain sebagainya.

InsyaAllah,semua itu akan kami uraikan sendiri pada babnya masing-masing.Sebenarnya semua itu adalah kebaikan,banyak hadist dan wejangan Ulama pakar yang berkaitan dengan masalah-masalah diatas itu.Golongan Salafi atau Wahabi dan pengikutnya ini sering berkata bahwa mereka akan mengajarkan Syariat Islam yang paling murni dan benar,sehingga mudah menyesatkan ,sampai-sampai berani mengKhafirkan,menSyirikkan sesama muslimin yang tidak sependapat atau sepaham dengan mereka(baca pengKhafiran Muhammad Abdul Wahhab terhadap para ulama pakar pada halaman selanjutmya).

Menurut pendapat sebagaian orang bahwa faham Salafi atau Wahabi(baca makalah dicatatan ini dan diWebsite-Website yang menentang ajaran Muhammad Abdul Wahhab),pada zaman modern ini seperti golongan Al Hasyawiyyah,karena kepercayaan-kepercayaan dan pendapat-pendapat mereka mirip dengan golongan yang dikenali sebagai Al Hasyawiyyah pada abad-abad yang awal.Istilah Al Hasyawiyyah adalah berasal dari pada kata dasar al-hasyw yaitu penyisipan,pemasangan dan pemasukan.

Ahmad Bin Yahya Al-Yamani(m.840H/1437M)mencatatkan bahwa:Nama Al Hasyawiyyah digunakan kepada orang-orang yang meriwayatkan hadist-hadist sisipan yang sengaja dimasukkan oleh golongan Al-Zanadiqah sebagaimana sabda Nabi SAW.Dan mereka menerimanya tanpa melakukan interpretasi semula,dan mereka juga menggelarkan diri mereka Al-Hadits dan Ahlal Sunnah Wal Jama'ah.Mereka bersepakat mempercayai konsep pemaksaan(Allah berhubungan dengan perbuatan manusia) dan Tasybih(bahwa Allah seperti Makhluk-Nya) dan mempercayai bahwa Allah mempunyai jasad dan bentuk,serta mengatakan bahwa Allah mempunyai anggota tubuh dan lain sebagainya(baca riwayat-riwayat tajsim,tasybih pada bab berikutnya).

Al-Syahrastani(467-548H/1074-1153M)menuliskan bahwa:terdapat sebuah kumpulan Ashab Al-Hdist,yaitu Al-Hasyawiyyah dengan jelas menunjukkan kepercayaan mereka tentang tasybih(yaitu Allah serupa makhluk-Nya)...sehingga mereka sanggup mengatakan,bahwa pada suatu ketika,kedua-dua mata Allah kesedihan,lalu para Malaikat datang menemui-Nya dan Dia(Allah)
menangisi (kesedihan) berakibat banjir Nabi Nuh AS sehingga mata-Nya menjadi merah,dan Arasy menatap hiba seperti suara pelana baru dan bahwa Dia melampaui Arasy dalam keadaan melebihi empat jari disegenap sudut.(Al-Syahrastani,al-milal wa al-nihal,h.141.)

Begitu juga paham sekte Wahabi ini seakan-akan menjiplak atau mengikuti kaum Khawarij yang juga mudah mengkhafirkan,mensyirikkan ,menyesatkan sesama muslimin karena tidak sependapat dengan fahamnya.Kaum Khawarij ini kelompok pertama yang secara terang-terangan menonjolkan akidahnya dan bersitegang leher mempertahankan prinsip dan keketatan dan kekerasan terhadap kaum muslimin yang tidak sependapat dan sepaham dengan mereka.Kaum Khawarij ini mengkhafirkan Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib KW dan para sahabat Nabi SAW karna Yang mendukungnya(ali bin abi thalib).Kelompok ini ditetapkan oleh seluruh ulama Ahlus Sunnah sebagai Ahlul Bid;ah ,dan Dhalalah atau sesat berdasarkan dzwahirin-nash(makna Harfiah nash)serta keumuman maknanya yang berlaku terhadap kaum musyrikin.kaum ini mudah sekali mengkhafir-khafirkan kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka,menghalalkan pembunuhan,perampasan harta kaum muslimin selain golonganya atau mahdzabnya.

Ibnu Mardawih mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Nas'ab bin Sa'ad yang menuturkan sebagai berikut:
Pernah terjadi peristiwa, seorang dari kaum Kawarijh menatap muka Sa'ad bin Abi Waqqash(ayah mas'ab) r.a.Beberapa saat kemudian orang kawarij itu dengan galak berkata:"Inilah dia salah satu pemimpin kaum kafir!"
Dengan sikap siaga Sa'ad menjawab:"Engkau bohong!Justru aku telah memerangi pemimpin-pemimpin kaum kafir."
Orang kawarij lainnya berkata:"Engkau inilah yang termasuk orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya!."
Sa'ad menjawab:"Engkau bohong juga!Mereka itu adalah orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT,Tuhan mereka,mengingkari perjumpaan dengan-Nya!(yakni tidak percaya bahwa pada hari kiamat kelak akan dihadapkan kepada Allah SWT.).
Riwayat ini dikemukakan juga oleh Al-Hafidz didalam Al-Fath.

Tabrani mengetengahkan sebuah riwayat didalam Al-Kabir dan Al-ausath,bahwa'Umarah Bin Qardh dalam tugas operasi pengamanan ketempat suara adzan itu dengan maksud hendak menunaikan sholat berjamaah.Tetapi alangkah terkejutnya,ketika tiba disana ternyata ia berada ditengah kaum Kwarij sekte Azariqah.
Mereka menegurnya;"Hai,musuh Allah,apa ,maksudmu datang kemari?".
Umara menjawab dengan tegas:"Kalian bukan kawan-kawanku"!.
Mereka menyahut:"Ya,engkau kawan setan,dan engkau harus kami bunuh"!.
Umarah berkata:"Apakah engkau tidak senang melihatku seperti ketika Rasulallah SAW,dahulu melihatku?".
Mereka bertanya:"Apa yang menyenangkan beliau darimu?".
Umarah menjawab:"Aku datang kepada beliau SAW sebagai orang kafir,lalu aku mengikrarkan kesaksianku,bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan bahwa beliau SAW adalah benar-benar utusan Allah SWT.Beliau kemudian membiarkanku pergi."
Akan tetapi sekte umarah tidak puas dengan jawaban Umarah seperti itu.Ia lalu diseret dan dibunuh.

Peristiwa ini juga dimuat sebagai berita yang benar dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.sikap dan tindakan dari kaum kwarij tersebut jelas mencerminkan penyelewengan akidah mereka,dan itu merupakan Dhalalah atau kesesatan.Perbuatan mereka ini telah dan selalu dilakukan oleh pengikut mereka disetiap zaman.Mereka ini sebenarnya adalah orang-orang yang dipengaruhi oleh bujukan hawa nafsunya sendiri dan berpegang pada ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist secara Harfiah atau Tesktual.Mereka beranggapan hanya mereka atau golongannya sajalah yang paling benar,suci dan murni,sedangkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,berbuat bid'ah kafir dan musyrik!Mereka ini tidak sudi mendengarkan siapapunjuga,selain orang dari kelompok mereka sendiri.Mereka memandang umat islam lainnya dengan kaca mata hitam,sebagai kaum bid'ah atau kaum musyrikin yang sudah keluar meninggalkan agam islam!
Padahal islam menuntut dan mengajarkan agar setiap muslim berprasangka baik (Husnud-dzon) terhadap umat seagama,terutama terhadap para ulama.
Membangkit-bangkitkan perbedaan pendapat mengenai soal-soal buka pokok agama yakni yang masih belum tercapai kesepakatan diantara para ulama,menyebabkan prasangka buruk terhadap mereka atau dengan cara lain yang bersifat celaan,cercaan,tuduhan dan lain sebagainya.
 
Free Blogger Templates